PURWOKERTO – Guru Besar Ilmu Dakwah IAIN Purwokerto, Prof. Dr. Abdul Basit, M. Ag., mencoba melakukan kajian tentang komunikasi kesehatan dalam perspektif Al Qur’an.
Menurut Prof. Abdul Basit, memahami Al-Qur’an diperlukan metode tafsir secara komprehensif, pada kajian ini menggunakan metode maudhu’i atau metode yang sifatnya tematik. Untuk memahami komunikasi kesehatan diawali dengan keyword yang tersebar di dalam Al-Qur’an.
Al-Qur’an banyak menyebutkan istilah istilah komunikasi seperti panggilan, berita, peringatan dan seterusnya. Kemudian setelah dikaji, Al-Qur’an tidak menggunakan kata Shihhah atau Afiah dalam menjelaskan tentang kesehatan tetapi menggunakan kata Quwwah sebanyak 42 kali, Thaharah sebanyak 15 kali, Tazkiyyah 23 kali, Ithmaanna 12 kali, Syifa 6 kali, Maridl 24 kali, Adza 23 kali, Rijsun 8 kali dan Saqiyyun sebanyak 12 kali.
“Setelah dirangkum dari sekian kata di atas, kesehatan ternyata mengandung makna secara fisik, spiritual, psikis, dan sosial. Jadi ini sejalan dengan empat kesehatan yang dikembangkan oleh WHO bahwa sehat itu bukan hanya diukur dari fisik dan mental saja tetapi juga sosial dan spiritual,’’ jelas Prof. Abdul Basit.
Komunikasi Kesehatan adalah suatu usaha sistematis bagaimana mempengaruhi perilaku manusia supaya bertingkah laku sehat, dengan menggunakan pendekatan komunikasi antar individu, kelompok maupun massa.
Makna Komunikasi Kesehatan
Makna Komunikasi Kesehatan dalam Al-Qur’an dapat dipahami dengan redaksi satu atau sekelompok ayat yang menyebutkan istilah komunikasi dan kesehatan. Komunikasi kesehatan yang diajarkan oleh Al-Qur’an berkaitan dengan pendidikan untuk mengubah perilaku manusia menjadi sehat.
Pertama, menjaga kesehatan fisik, tidak hanya merubah faktor internal tapi juga perlu dukungan faktor eksternal, Al-Qur’an banyak menyebutkan tentang dukungan perilaku secara fisik seperti penggunaan air bersih, pelarangan makanan haram, istirahat dan olahraga.
Perhatikan dalam surat Al Muzammil ayat 1-4 ada kata komunikasi <I>yaa ayyuhal muddatsir<P> dan ada kata kesehatan Thaharah yang dimaknai secara fisik, karena dari 15 kata Thaharah di dalam Al-Qur’an lebih dominan dimaknai secara fisik.
Kedua, menjaga kesehatan spiritual, artinya jangan sampai sebagai umat yang diberi pedoman Al-Qur’an terbawa ajaran yang menyimpang seperti atheis dan polities.
Karenanya diberi modal berupa hati untuk melakukan komunikasi transendental (Ar Ra’d Ayat 28) yang diawali dengan keyakinan kita kepada Allah melalui hati.
Ada unsur komunikasi dalam surat Ar Ra’d ayat 28 yakni Bidzikrillahi dan kata kesehatan spiritual Ithmaanna yang artinya tenteram.
Menjaga Kesehatan
Ketiga, menjaga kesehatan psikis berkaitan dengan emosi, mensucikan dalam arti lebih banyak psikis, surat Al- ‘Ala ayat 14-15 menunjukkan komunikasi yang sifatnya psikis. Banyak penjelasan dalam Hadits seperti unsur riya, sombong dan stress.
Terakhir, menjaga kesehatan sosial yang diisyaratkan dalam istilah adza pada surat Al- Ahzab ayat 58. “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”.
Adanya wabah covid-19 bukan berarti tidak berinteraksi, buktinya hubungan dengan keluarga semakin dekat. Kemudian juga bisa berinteraksi dengan menggunakan media sosial secara sehat.
“Sebagai makhluk sosial tidak mungkin manusia meninggalkan komunikasi sosial, jadi sehat tidak hanya fisik saja, kesehatan bisa dilihat secara holistik, banyak sekali yang kita pelajari dari Al-Qur’an, ini perlu terus dikembangkan karena kajian ini hanya sebagian kecil saja dan semoga bermanfaat buat umat,” tutup Prof Abdul Basit. (K17-30)
Diskusi tentang artikel