Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian (SSKK) adalah salah satu naskah kuno berbahasa Sunda yang berisi aturan, tuntunan, dan ajaran agama dan moralitas bagi masyarakat Sunda pada masa lalu. Naskah ini merupakan buku berisi aturan untuk menjadi resi (orang bijaksana atau suci) yang ditulis dalam bentuk prosa didaktis. Isinya bersifat ensiklopedis, memberikan gambaran tentang pedoman moral umum untuk kehidupan bermasyarakat pada masa itu, termasuk berbagai ilmu yang harus dikuasai sebagai bekal kehidupan praktis sehari-hari.
Naskah SSKK terdapat dalam dua naskah yang disimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta, yaitu naskah L 630 dan naskah L 624. Naskah L 630 ditulis pada daun gebang dengan tinta hitam menggunakan aksara Buda model Jawa Barat. Naskah ini bertanggal nora catur sagara wulan (0-4-4-1), yaitu tahun 1440 Saka atau 1518 Masehi. Sejauh ini, naskah L 630 merupakan naskah Sunda Kuno tertua yang mencantumkan tahun penulisannya. Naskah ini berasal dari koleksi yang diberikan oleh Raden Saleh kepada BGKW (Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen) dan kemudian disimpan di Perpustakaan Nasional RI. Naskah L 624 ditulis pada daun lontar dengan aksara Sunda kuno, tanpa tahun penulisan, tetapi ada keterangan bahwa naskah ini ditulis di Nusakrata. Naskah ini juga berasal dari koleksi yang diberikan oleh Bupati Bandung Wiranatakusumah IV kepada BGKW sekitar paruh kedua abad ke-19.
Naskah SSKK pertama kali diungkapkan oleh K.F. Holle dalam sebuah artikel berjudul “Lontar Handschriften afkomstig uit Soenda-landen” yang terbit dalam jurnal Tijdschrift voor Taal-, Land- en Volkenkunde (TBG) edisi XVI. Ia mengidentifikasinya sebagai MSB (Manuschript Soenda B) dengan kesimpulan bahwa penulis MSB berbeda dengan MSA (belakangan diketahui sebagai naskah Amanat Galunggung); memiliki nilai yang sangat tinggi, karena di dalamnya termuat ajaran mengenai kehidupan rumah-tangga yang harus ditaati oleh segenap golongan masyarakat Sunda jaman dahulu; dalam abad ke-16, di daerah Sunda masih berlangsung penulisan naskah-naskah Hinduístis. Sejak publikasi tulisan itu, naskah ini telah menarik minat para peneliti lainnya. Edisi lengkapnya yang disertai terjemahan, pengantar, komentar, dan glosari ditulis dalam kertas stensil pertama kali diumumkan oleh Atja dan Danasasmita (1981). Kemudian, diterbitkan kembali dalam bentuk buku oleh Danasasmita dkk. tahun 1985 dan 1987 .
Naskah SSKK memuat berbagai peraturan sehari-hari yang ditujukan bagi ketentraman masyarakat. Di antaranya mengajarkan formasi perang, cara mengukur tanah, pertanda alam, mantra, makanan, pekerjaan dan keahlian, serta segala larangan dan anjuran dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Naskah ini dimaksudkan untuk diajarkan oleh sang budiman kepada mereka yang mencari kebahagiaan. Isi ajaran yang tersurat di dalamnya sebagian besar ditujukan kepada kelompok yang bukan resi, terutama dalam hal pelaksanaan tugas rakyat (hulun) bagi kepentingan raja. Naskah ini juga mencerminkan pengaruh ajaran Hindu dan ajaran karuhun (nenek moyang) yang dipercaya telah ada sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Tatar Sunda.
Naskah SSKK merupakan salah satu warisan budaya yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Sunda. Naskah ini menjadi sumber ajaran moral dan etika yang dapat dijadikan pedoman hidup bagi generasi sekarang dan mendatang. Naskah ini juga menjadi bukti bahwa masyarakat Sunda kuno memiliki tingkat kebudayaan yang tinggi dan menghargai nilai-nilai luhur. Oleh karena itu, naskah ini layak untuk dilestarikan dan dipelajari lebih lanjut.