BANYUMAS-Prospek cerah gula aren kini mulai dilirik oleh para petani dan pengusaha di wilayah Jawa Tengah. Pasalnya gula aren ini terbukti lebih tinggi nilai ekonomi, higienitas dan kandungan nutrisinya dibandingkan dengan gula lainnya.
Kader Lingkungan, Kusno mengatakan dari pembentukan Asosiasi Aren Jawa Tengah di Desa Sunyalangu, Kecamatan Karanglewas juga terungkap banyak minat pembudidayaan pohon aren untuk kepentingan ekonomi sekaligus ekologi. Seperti diketahui nilai ekonomi gula aren dibandingkan gula kelapa biasa terbilang lebih tinggi. Sementara untuk perawatan hingga proses mendapatkan nira aren lebih gampang dibandingkan aren kelapa.
“Perbandingannya 1 pohon aren sama dengan 10 pohon kelapa. Satu pohon aren bisa menghasilkan nira hingga 10 liter per hari. Sebelum berbunga dan memproduksi nira, pohon aren juga bisa menghasilkan ijuk hingga lidinya juga punya nilai ekonomi untuk dijual,” katanya.
Untuk harga gula aren sendiri saat ini kata Kusno bisa mencapai Rp 17 ribu perkilogram. Harga itu merupakan harga gula aren cetak biasa. Dipastikan jika diolah menjadi gula aren kristal maka nilai jualnya lebih tinggi. Apalagi dengan lingkungan tumbuh yang jauh dari perkebunan, maka gula aren lebih terjamin kadar oganiknya.
“Kalau pohon kelapa biasanya akan tumbuh dan ditanam di wilayah dekat perkebunan atau sawah sehingga sangat dekat dengan pengaruh pupuk kimia yang telah ditaburkan ke areal persawahan selama bertahun-tahun. Sementara kebanyakan pohon aren ini tumbuh di wilayah lereng dan tepi sungai yang terkesan liar sehingga tak terperhatikan,” katanya.
Lebih Produktif
Petani gula aren asal Sunyalangu, Warsito mengatakan berbeda dengan pohon kelapa, menyadap aren ini terbilang punya keuntungan. Pasalnya semakin tua pohon aren maka bunga jantan akan tumbuh menurun ke batang bawah. Hal ini akan memudahkan penyadap untuk tidak memanjat lebih tinggi. Selain itu satu pohon aren biasanya bisa menghasilkan gula sekitar dua kilogram.
“Kalau pohon kelapa, satu pohon paling menghasilkan tiga ons gula. Itupun semakin tua pohon maka akan semakin harus dipanjat tinggi dan hasilnya menurun. Tapi kalau aren sebaliknya, semakin tua maka bunganya semakin menurun sehingga kita tak perlu memanjat tinggi. Harga gula arenpun lebih mahal dibanding gula kelapa,” katanya.
Dijelaskan Warsito, untuk mendapatkan nira aren ini memang harus menunggu sekitar 10 tahun agar pohon aren ini bisa berbunga. Nira yang disadap ini berasal dari tetesan air dari tandan bunga jantan aren. Sementara bunga betina yang nantinya akan menjadi buah kolang-kaling.
“Dari saripati pohonnya bisa dihasilkan tepung gelang, pelepahnya bisa untuk kayu bakar, lidinya bisa dibikin sapu. Akarnya bisa menjadi obat dan ijuknya sekarang juga laku di pasar. Sementara gulanya bisa kaya manfaat untuk minuman dan obat diabetes karena rendah kolesterol,” jelasnya. (K37-)