BANJARNEGARA – Sebanyak 160 warga Dusun Kweni Desa Gumingsir Kecamatan Pagentan terpaksa mengungsi karena merasakan tanda-tanda tanah bergerak Rabu (9/12) malam. Warga terpaksa mengungsi untuk menghindari bencana tanah longsor akibat hujan lebat yang terus mengguyur sejumlah wilayah di Banjarnegara.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Banjarnegara Budi Wahyono mengatakan, tanda-tanda tanah gerak sudah mucnul pada Rabu (2/12). Sepekan selanjutnya, hujan deras menyebabkan warga Dusun Kweni Desa Gumingsir mengungsi secara mandiri untuk menghindari dampak dari tanah bergerak tersebut.
“Mereka merasakan gerakan tanah dan juga melihat munculnya tanah retak di tengah permukiman,” katanya.
Menurutnya, warga mengungsi ke lokasi pengungsian uang sudah ditentukan sebelumnya di Desa Kayuares. Jumlah pengungsi yang tercatat sebanyak 49 keluarga atau 160 jiwa. Di antara pengungsi tersebut terdapat 15 balita dan 22 lansia.
(Baca Juga: Pergerakan Tanah Masih Berpotensi Terjadi)
Dari asesmen yang dilakukan, bencana tersebut menyebabkan rumah rusak sebanyak 11 unit, 8 rumah di antaranya rusak berat. Selain itu, bencana tanah gerak juga merusak dua ruas jalan desa.
Sedangkan lokasi bencana longsor di Desa Kalitlaga, jumlah pengungsi juga terus bertambah. Data terkini, total pengungsi dari 3 dusun mencapai 107 keluarga atau 303 jiwa. Jumlah pengungsi terbesar dari Dusun Karangluh mencapai 292 jiwa. “Sejauh ini pengungsi dalam kondisi yang baik,” jelasnya.
(Baca Juga: Bencana Longsor, 327 Warga Desa Kalitlaga Diungsikan)
Sebanyak 108 warga Desa Suwidak Kecamatan Pagentan juga masih berada di sejumlah titik pengungsian akibat tanah gerak yang menimpa permukiman mereka. Dimungkinkan, jumlah pengungsi akan bertambah, mengingat gerakan tanah masih terjadi akibat curah hujan tinggi.
“Kebutuhan yang mendesak yakni lauk pauk dan air mineral. Selain itu juga dibutuhkan matras untuk alas tidur pengungsi dari Dusun Kweni,” ujarnya. (cs-2)