BATUR – Ratusan batuan kemuncak candi ditemukan di Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur dijadikan sebagai nisan makam. Beberapa bagian candi lainnya dijadikan sebagai pagar keliling kompleks makam.
Temuan tersebut merupakan hasil dari observasi yang dilakukan Komunitas Cagar Budaya Banjarnegara. Upaya tersebut menindaklanjuti adanya temuan batu candi saat penggalian tanah untuk pondasi Rest Area di Desa Dieng Wetan beberapa waktu lalu.
Aktivis Komunitas Cagar Budaya Banjarnegara, Sudirun menuturkan, laporan Sir Stamford Thomas Raffles dalam buku The History of Java menyatakan di Dieng terdapat lebih dari 400 candi. Sepertinya hipotesa tersebut bukanlah isapan jempol semata.
“Indikasinya, selain temuan batuan candi di kawasan terminal Dieng, ternyata banyak juga batuan berupa kemuncak candi yang dijadikan warga sebagai batu nisan,” katanya.
Menurutnya, berdasarkan observasi yang dilakukan, ditemukan ratusan kemuncak candi dan beberapa bagian lainnya dijadikan sebagai batu nisan dan pagar makam. Itu berada di belakang Hostel Tanijiwo RT 3 RW 3 Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur.
Sudirun menduga, ada lebih banyak lagi batuan candi yang telah raib atau dipakai untuk membangun rumah warga atau pun makam. Berdasarkan temuan lapangan, ditemukan banyak kemuncak candi. Untuk satu makam bisa memakai 10 sampai 20 batuan candi.
“Ini membuktikan pada masa itu jumlah candi di Dieng memang sangat banyak,” jelasnya.
Memfasilitasi
Koordinator Komunitas Cagar Budaya Banjarnegara Mujib Titian Nurwahid menyatakan siap memfasilitasi pemerintah atau instansi berwenang untuk mengevakuasi nisan dari batu candi. Sebagai gantinya, pihaknya memasang nisan baru dengan dilengkapi quick response code (QR Code) .
“Kebetulan, kami sedang mengembangkan program Nisan Virtual History. Dengan QR Code, nisan tersebut bisa dipindai untuk mengetahui data nama dan tanggal lahir serta wafat. Tapi detail tentang sejarah orang yang dimakamkan. Kami siap buatkan narasi sejarahnya sebagai apresiasi mau bekerjasama melestarikan cagar budaya,” ujar Mujib.
Pengurus Pusat Asosiasi Guru Sejarah Indonesia Heni Purwono berharap, temuan-temuan batuan candi memicu pemerintah untuk melakukan eksplorasi dan rekonstruksi candi di kawasan Dataran Tinggi Dieng.
“Andai bisa direkonstruksi, misalnya Candi Prau, maka akan menjadi destinasi wisata edukasi baru. Dan bukan tidak mungkin ke depan Dieng akan menjadi pusat warisan kebudayaan dunia,” ungkapnya. (K36-60)