PURWOKERTO – Angka kematian ibu di Kabupaten Banyumas diupayakan bisa ditekan dibawah 10 orang per tahun. Upaya tersebut, di antaranya dengan melakukan peningkatan peningkatan mutu pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas atau Rumah Sakit.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Sadiyanto mengatakan, angka kematian ibu pada tahun 2018 sebanyak 18 kasus (67,64/100.000 KH). Kemudian turun menjadi 9 kasus per Oktober 2019 (43/100.000 KH). Pihaknya menargetkan ke depan bisa mencapai zero AKI dan Angka Kematian Baru lahir (AKB).
“Upaya yang kita lakukan, di antaranya melalui kegiatan desiminasi hasil kajian Audit Maternal/Neonatal. Ini merupakan serangkaian kegiatan hasil penelusuran sebab kematian dan kesakitan ibu, perinatal dan neo natal guna diketahuinya cara mencegah kesakitan atau kematian serupa di masa yang akan datang,” katanya di Hotel Surya Yudha Purwokerto, Selasa (19/11).
Menurutnya, hasil rekomendasi serta rencana tindak lanjut yang harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. “Dari 9 kasus yang masuk regoster kematian di Kabupaten Banyumas, sebenarnya bisa dicegah dengan score 2 ada 4 kasus dan score 3 ada 5 kasus,” katanya.
Sebagian besar kematian tersebut, kata Sadiyanto, dapat dicegah melalui pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menagani kasus risiko tinggi secara memadai dengan pertolongan persalinan yang bersih dan aman. Serta pelayanan rujukan kebidanan/perinatal yang terjangkau pada saat diperlukan. Hal tersebut bisa dilakukan dengan mengembangkan konsep Audit Maternal Perinatal.
Hasil audit ini dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan hal-hal yang mempengaruhi kematian ibu dan bayi. Yakni faktor medis, non medis serta faktor pelayanan kesehatan yang berpengaruh.
Bupati Achmad Husein mengatakan, untuk menekan angka kematian ibu, semua pihak bukan lagi
sekedar bekerja dalam koridor SOP, tetapi harus terus berupaya mencapai zero AKI dan AKB.
“Kita bukan mengingkari kodrat Allah, karena kematian adalah kepastian namun sangat mulyanya kita, apabila dapat menyelamatkan ibu yang mempunyai resiko tinggi,” katanya.
Melalui kegiatan ini diharapkan lintas sektor, lintas program juga pengelola program kesehatan ibu dan anak dan pemberi pelayanan kesehatan di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan rujukan primer serta masyarakat dapat menetapkan prioritas untuk mengatasi faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu maternal dan perinatal.
Husein menjelaskan, tahun 2014 tercatat angka kematian ibu melahirkan sebanyak 33 orang. Tahun 2015 bisa ditekan sebanyak 29 orang, tahun 2016 menjadi 22 orang, tahun 2017 ada 13
kasus dan tahun 2018 naik menjadi 18 kasus
“Tahun 2019 ini ada 9 kasus, artinya kita semua telah menyelamatkan banyak kematian. Untuk itu, semua pihak harus lebih peduli kepada ibu hamil,” pesan bupati. (G22-20)