PURWOKERTO – Sebanyak 150 tenaga kesehatan dari berbagai instansi mengikuti Seminar Kedokteran di Aula Radiologi Lt. 2 RSUD Banyumas, Sabtu (12/10).
Seminar dalam rangka peringatan hari Kesehatan Jiwa se-Dunia dan menjelang Hari Dokter 2019, menghadirkan sejumlah narasumber. Antara lain, dr. Muhammad Zaenuri Syamsul Hidayat, SpKF, Msi.Med, dr. Noegroho Harbani, MSc, SpS, dr. Basiran, SpKJ, MM, dr. Hilma Paramita, SpKJ.
Kegiatan ini sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran para dokter dan tenaga kesehatan lainnya tentang penting melakukan promosi kesehatan jiwa. Kemudian, sebagai upaya pencegahan bunuh diri, terapi dan evaluasi kegiatan lintas program.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Banyumas, Noegroho Harbani mengatakan, kegiatan ini untuk meningkatkan kompetensi dokter umum, mengenai perihal pencegahan kegawatdaruratan skizofrenia dalam kasus bunuh diri.
“Harapannya kalau dokter umum memiliki kemampuan preventif, angka kejadian bunuh diri dapat diminalisasi,” katanya.
Kemampuan preventif kasus bunuh diri diutamakan karena kasusnya banyak. World Health Organization (WHO) mencatat setiap 40 detik terdapat kematian akibat bunuh diri.
Skizofrenia dengan kontrol yang tidak maksimal, ia memiliki kecenderungan lebih tinggi melakukan bunuh diri. “Angka kejadian orang-orang bunuh diri semakin banyak. Tidak jauh-jauh, Kamis malam kemarin ada kejadian pelajar yang ingin melakukan bunuh dini,” katanya.
Lebih lanjut Noegroho mengatakan, jumlah dokter yang mengangani penderita gangguan kejiwaan di Banyumas masih terbatas. Rumah sakit yang memiliki fasilitas rawat inap baru ada di RSUD Banyumas.
Di rumah sakit lain terdapat dokter spesialis jiwa, namun mereka hanya melayani rawat jalan. “Yang punya fasilitas rawat inap dan bangsal khusus gangguan mental organik. Di RSUD Banyumas melayani pasien dari Banyumas, Cilacap, Kebumen, Purbalingga dan Banjarnegara,” katanya menjelaskan.
Namun, sekarang agak kesulitan karena adanya proses zonasi. Sehingga, puskesmas sekarang sudah bisa menyediakan obat-obatnya. (H60-20)