PURWOKERTO, suarabanyumas.com -Mayoritas penerima bantuan sosial program sembako atau bansos sembako di Kabupaten Banyumas adalah penerima bantuan sosial lain dari pemerintah. Keluarga penerima manfaat (KPM) yang murni mendapat dari bansos sembako justru jumlahnya lebih sedikit.
Hal itu terungkap dari hasil survei evaluasi publik terkait pelaksanaan program bansos sembako di Banyumas, yang dilakukan Lingkar Kajian Banyumas (LKB) FISIP Unsoed. Survei tanggal 18-28 Janauri lalu dengan jumlah 400 responden, terdiri 91 persen perempuan dan 0,9 persen laki-laki. Hasil survei tersebut, Rabu lalu menjadi bahan diskusi publik secara virtual.
Ketua LKB FISIP Unsoed, Aisyah dalam paparan hasil survei menerangkan, KPM program sembako yang menerima bantuan sosial lain (JPS), sebanyak 56,3 persen. Sedangkan yang murni hanya dari program sembako sebanyak 43,7 persen.
“Jadi kebanyakan KPM yang mendapat bantuan sembako, sudah menerima bantuan lainnya. Ada yang dari program keluarga harapan (PKH), bantuan langsung tunai (BST) baik dari bantuan UMKM dan dana desa dan bantuan sosial tunai (BST),” terangnya.
Dia merinci, penerima program sembako dari KPM PKH sebanyak 54,8 %, Bantuan Langsung Tunai Usaha Mikro Kecil dan Menengah sebanyak 0,3 %, Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT Dana Desa) sebanyak 0,8 %, dan Bantuan Sosial Tunai (BST) sebanyak 0,5 %.
Menurutnya, untuk penyaluran Januari, sebagian besar KPM mengaku menerima bantuan sebanyak 97,8 %. Sedangkan yang tidak menerima hanya 2,3 %. Ini karena saldo di kartu keluarga sejahtera (KKS) dalam posisi kosong ( 2%) dan tidak ada pemberitahuan ke KPM untuk pengambilan bantuan di e-warung sebanyak 0,3 %.
“Kesimpulannya sebanyak 0,8 % menyatakan bansos sembako sangat tepat sasaran dan sebanyak 76,5% KPM menilai sudah tepat sasaran. Yang menyatakan tidak tepat sasaran hanya 22,8 %,” jelasnya lebih lanjut.
Responden yang menilai program itu belum tepat sasaran, kata dia, beralasan karena masih ada warga kurang mampu yang belum menerima bantuan. Hal tersebut mengindikasikan data yang tersebut belum valid.
“Tepat sasaran merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan bansos ini. Indikator lainnya, yakni tepat waktu. Yang menilai sangat tepat waktu (3,3%), tepat waktu (94,3%), dan tidak tepat waktu (2,5%). Tidak tepat waktu karena sembako yang diserahkan ke KPM melebihi tanggal 20 tiap bulan,” paparnya.
Pada indikator tepat harga dan tepat jumlah, ditemukan, sebanyak 76,5% KPM menilai harga dan jumlah bahan pangan yang diberikan sudah sesuai, Namun, lanjut Aisyah, sebanyak 20,8% menilai, harga dan jumlah bahan pangan yang diberikan kurang tepat. Harga dan jumlah bahan pangan yang diberikan kepada KPM dinilai terlalu mahal dan tidak sesuai dnegan harga di pasaran.
“Dengan nominal Rp.200 ribu, KPM dapat memperoleh bahan pangan dengan harga yang lebih terjangkau dan mendapatkan jumlah yang lebih banyak,” terangnya lanjut.
(Baca Juga : Banyumas Usulkan 31 Ribu Rumah Tangga Miskin sebagai Penerima Bansos Kemensos )
Bahan Pangan
Diterangkan, bahan pangan yang diberikan kepada KPM mencakup sumber karbohidrat (beras),sumber protein hewani (telur dan daging), sumber protein nabati (tahu atau tempe), sertasumber vitamin dan mineral (sayur dan buah). Namun apabila kualitas dari bahan pangan tidak cukup baik, maka bahan pangan tersebut tidak dapat dikonsumsi oleh KPM.
Seperti yang terjadi pada kualitas beras, sebanyak 0,5% KPM menyatakan kualitas beras sangat tidak baik dan sebanyak 40,5% menyatakan kualitasnya kurang baik. Kualitas beras yang kurang baik dinilai dari warna beras yang sedikit kekuningan, beras berbau karung,dan beras berkutu atau tidak bersih, serta tekstur beras yang tidak pulen ketika dimasak.
“Untuk beras sebagian besar menyatakan beras yang diterimanya baik, yakni 59 persen sendiri,” ujarnya.
Untuk sumber protein hewani diperoleh melalui telur dan daging. Hasil survei menemukan, sebanyak 1,5% KPMmenyatakan kualitas protein hewani sangat baik.
Kemudian sebanyak 94,3% menyatakan baik, dan 4,3% menyatakan tidak baik. Kualitas telur yang tidak baik dinilai dari kondisi telur yang sudah busuk dan cangkang telur yang kotor, sedangkan kualitas daging yang tidak baik dinilai dariwarna yang sudah tidak segar, komponen daging yang diterima lebih banyak bagianlemaknya (bukan dagingnya), dan tekstur daging yang keras.