BANDOL atau ban bodol bagi sebagian masyarakat Purwokerto dan sekitarnya tentu tidak asing di telinga. Bahkan di wilayah Banaran, Purwokerto barat selama ini dikenal sebagai sentra kerajinan Bandol.
Salah satu pengrajin yang sampai sekarang masih menekuni usaha kerajinan Bandol adalah Opsah (72). Meski usianya sudah tidak lagi muda, namun ia masih menekuni pekerjaan ini.
Opsah yang orang tuanya menjadi tukang potong kambing ini menceritakan masa lalunya sebelum menjadi pengrajin Bandol. Sebelum menekuni kerajinan Bandol, ia sudah terjun menjadi seorang pedagang sembako.
Ia mengikuti jejak saudaranya yang menjadi pembuat kerajinan Bandol pada tahun 1965. Sempat beralih profesi sebagai pedagang sembako tahun 1978-1982, namun ia kembali lagi menjadi pengrajin Bandol.
Jika dihitung, sekarang sudah 54 tahun Opsah menekuni profesinya sebagai pengrajin Bandol. Dalam mengerjakan, ia masih menggunakan alat-alat tradisional, seperti mesin jahit, alat pres, pisau dan gerinda listrik.
Sebulan sekali ia mengirim hasil kerajinan Bandol berkuintal-kuintal untuk memenuhi target 1 kodi per hari.
Ia mengaku bangga dan bersyukur bekerja sebagai pengrajin Bandol. ”Rasanya senang hasil kerajinan saya mampu dijual ke berbagai daerah, seperti Kalimantan, Palembang,” ungkapnya.
Meskipun tidak ada pembukuan, ia mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk naik haji sebagai rasa syukur.
Opsah bercerita dengan raut muka yang sedih saat pandemi berlangsung sudah merenggut sebagian pendapatan dan pelanggannya. Namun ia hanya bisa bersabar dan terus menekuni mata pencahariannya.
Kendati begitu, saat pandemi berlangsung, ia malah dikunjungi Bupati Banyumas.
Menurutnya, kerajinan Bandol merupakan salah satu dari produk khas yang harus terus dilestarikan. ”Dengan menekuni kerajinan Bandol ini, berarti turut melestarikan karya seni yang ada di Banyumas,” pungkasnya.(mg05-7)