SIAPA yang tidak tahu, kalau pria yang satu ini profesinya adalah seorang perawat yang berdinas di RSUD Banyumas. Tapi kini siapa yang tidak mengenal, pria kelahiran 19 Februari 1975 yang memiliki nama lengkap Tulus Setiono, sebagai seorang trainer handal selain tugas pertamanya sebagai ASN.
Pria yang tinggal di Perum Kaliori Blok F No 6 Desa Kalori, Kecamatan Kalibagor, Banyumas mengaku talenta sebagai public speaker itu didapat dari bapaknya.
“Ayah saya seorang guru SD. Dari kelas 1 sampai kelas 6 SD, saya menjadi muridnya di sekolah. Mungkin dari ayah itulah saya memiliki passion sebagai publik speaker,” katanya.
Sebagai PNS RSUD Banyumas sejak 1996, dia sudah terbiasa bicara di depan umum sejak di Sekolah Perawat Kesehatan. Kemudian usai lulus dari Akper Muhammadiyah Purwokerto, ia semakin telaten memberikan penyuluhan-penyuluhan. Dari sana passion sebagai public speaker semakin terasah.
Menjadi perawat di RSUD Banyumas, kata Tulus ibarat tumbu ketemu tutup. Di rumah sakit itu ia menemukan wahana untuk mengembangkan potensi diri dengan sangat baik. Potensi makin berkembang saat tahun 1999, Tulus dilibatkan dalam kegiatan mutu rumah sakit di RSUD Banyumas melalui kegiatan gugus kendali mutu (GKM).
Lulus Akper tahun 2000, pria yang saat itu bertugas di unit keperawatan rawat inap bedah mendapat kesempatan melanjutkan studi S1 Program Studi Ilmu Keperawatan UGM Yogyakarta. Sepulang menyelesaikan studi di PSIK UGM tahun 2005, ia berpindah kepeminatan ke perawatan jiwa.
“Kenekadan saya menjadi trainer muncul setelah saya selesai pendidikan sarjana keperawatan di PSIK UGM. Saya memulai dengan memilih keperawatan jiwa karena saya menyadari memiliki kelebihan komunikasi yang sangat dibutuhkan di lingkungan keperawatan jiwa,” ujar pria yang pernah menjabat Kepala Ruang Rawat Jiwa RSUD Banyumas.
Memberikan asuhan pada pasien gangguan jiwa telah menuntunnya menjadi psikoterapis. Di lingkungan rawat jiwa, Tulus dihadapkan pada pasien dan keluarga pasien yang membutuhkan psikoterapi, saran dan motivasi. Berawal sering memotivasi pasien dan keluarga pasien gangguan jiwa inilah ia menjadi motivator.
“Saya pernah down dan saya bisa memotivasi diri hingga bisa bangkit. Pengalaman inilah yang mendorong saya menjadi motivator dan menularkannya kepada orang lain melalui pelatihan-pelatihan,” ujar lulusan PSIK UGM tahun 2005.
Mengikuti Pelatihan
Seiring dengan prestasinya yang diraih sebagai trainer dan motivator, Tulus mengikuti berbagai pelatihan di berbagai tempat sekaligus sebagai ajang untuk mengasah networking dan kemampuan sebagai trainer dan motivator sering ia lakukan. Tahun 2010 belajar Neuro Linguistic Programming.
Pengalamannya belajar Neuro Linguistic Programming mengantarkan Tulus bergabung dengan Tim Penanggulangan HIV RSUD Banyumas, tepatnya menjadi konselor HIV/AIDS. Ia tertarik sebagai konselor HIV/AIDS karena saat ini makin banyak anak-anak muda yang terinfeksi HIV.
“Ini alasan saya bergerak untuk menolong generasi muda yang terancam terpapar HIV. Sejak 2016, agar mudah dijangkau generasi milenial, saya mulai membuka Konseling Online HIV/ AIDS 24 Jam secara GRATIS melaui nomor WA atau di laman www.tulussetiono.com,” terang konselor yang aktif posting tentang HIV di medsos.
Tentang jenjang karir kedinasan, Tulus beralih dari jabatan fungsional perawat ke jabatan struktural tahun 2008 sebagai Kasi Perencanaan kala itu. Usai menyelesaikan studinya di Magister Manajemen Rumah Sakit di IKM FK UGM (2013), Tulus dipercaya mengelola Instalasi Promosi Kesehatan, Penanganan Komplain dan Customer Service.
Ia kemudian diangkat kembali di struktural menjadi Kasi Pelayanan Penunjang 1 tahun 2016. Dan Kasi Keperawatan Umum RSUD Banyumas tahun 2017 hingga sekarang. Dari tahun 2013 inilah, Dalam Dunia Traing Tulus fokus sebagai mitra belajar Komunikasi Efektif, Service Excellence, Soft Skills, Motivasi dan Capacity Building.
Torehan prestasi ayah tiga anak ini, tak berlebihan dikatakan jarang dimiliki oleh tenaga kesehatan. Karena pada tahun 2015 ditetapkan menjadi surveyor Komisi Akreditasi Rumah Sakit, yang dianggapnya sebagai amanah yang menjadi bonus perjalanan karir pada mutu rumah sakit. (Sigit Oediarto-20)