BANYUMAS – Sebanyak 60 orang pecinta alam dari berbagai organisasi dan komunitas mengikuti ritual tapa bisu di lereng Gunung Slamet, Sabtu (31/8). Kegiatan ini merupakan pembuka rangkaian Grebeg Sura Baturraden.
Ketua Panitia ritual, Wiwit Yuni mengatakan, tapa bisu merupakan bagian dari tradisi pendakian ritual 1 Sura. Peserta yang ambil bagian tidak boleh berbicara satu sama lain selama perjalanan.
“Tapi tidak seperti ritual pendakian seperti biasanya, tahun ini peserta tapa bisu tidak mendaki hingga ke puncak Gunung Slamet. Perayaan malam pergantian Tahun 1441 Hijriah hanya digelar di Camp Kaliandra,” ujarnya di sela Peresmian Jalur Pendakian Gunung Slamet trek Baturraden dan pembukaan Grebeg Sura Baturraden, Sabtu (31/8).
Dia menjelaskan, para peserta ritual diberangkatkan dari Gedung Putih, Kebun Raya Baturraden sekitar pukul 17.00 usai kegiatan penandatanganan kerjasama peresmian jalur pendakian trek Baturraden. Mereka akan menempuh perjalanan sekira 45 menit lalu berkemah di area Pos Bayangan 1 Kaliandra.
“Lalu keesokan harinya kami melakukan penanaman bibit tanaman keras di sekitar jalur pendakian,” tambahnya.
Membuka Jalur
Adapun pembukaan jalur pendakian Baturraden merupakan hasil kerjasama Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur, PT Palawi Risorsis, Kebun Raya Baturraden, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wanakarya Lestari Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden. Jalur ini rencananya dioperatori oleh komunitas pecinta alam Kecamatan Baturraden “Radenpala”.
Manajer PT Palawi Risorsis, Arief Suswantoro mengatakan, jalur pendakian trek Baturraden sebenarnya sudah sering digunakan. Namun baru kali ini dibuka secara resmi.
“Trek pendakian ini akan menambah alternatif wisata minat khusus di Baturraden. Apalagi ciri khas hutan yang masih alami tentu menjadi daya tarik tersendiri. Ini yang perlu dijaga bersama-sama,” ucapnya.
Sementara itu, Administratur Perum Perhutani KPH Banyumas Timur, Didiet Widhy Hidayat berharap, jalur Baturraden akan menjadi jalur terbaik. Selain karena vegetasi yang masih terjaga, rute pendakian ini juga terbebas dari sampah plastik.
“Jalur Baturraden harus zero plastic. Sistemnya sudah kita siapkan sejak awal, Pendaki yang membawa platik dilarang naik. Ini seperti pendakian Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat,” katanya.
Menurut dia, KPH Banyumas Timur saat ini sudah mengelola dua jalur pendakian Gunung Slamet yaitu, trek Gunung Malang dan Bambangan di Purbalingga. Kedua jalur ini kondisinya memprihatinkan karena selalu dipenuhi sampah.
Belajar dari pengalaman itu, dia meminta pengelola posko pendakian untuk memperketat pemeriksaan barang bawaan pengunjung. Bila ditemukan plastik, maka pendaki wajib membeli kantong berbahan serat ketela yang telah disediakan. (K35-52)