PURWOKERTO – Dosen bidang struktur dan perkembangan tumbuhan, Drs Juwarno MP berhasil mempertahankan disertasi dalam ujian terbuka di ruang sidang fakultas biologi Unsoed, Selasa (5/11). Tim penguji memberikan nilai 82 pada disertasi Juwarno yang berjudul “Respon Lima Kultivar Kedelai Terhadap Cekaman Salinitas Ditinjau Dari Aspek Morfologis, Anatomis dan Fisiologis didukung oleh Karakteristik Molekuler”.
Tim sidang ujian terbuka dipimpin langsung oleh Dekan Fakultas Biologi, Prof Dr rer nat Imam Widhiono MZ MS dengan Promotor Profesor Dr L Hartanto Nugroho MAgr dari Fakultas Biologi UGM, Ko-Promotor I, Profesor Dr Triani Hardiyati dari Fakultas Biologi Unsoed, Ko-Promotor II, Ir Alice Yuniaty dari Fakultas Biologi Unsoed, Penelaah I, Dr Puji Widodo dari Fakultas Biologi Unsoed, Penelaah II, Dr Ir Heru Adi Jatmiko dari Fakultas Pertanian Unsoed, Penguji Internal, Dr Ir Suprayogi dari Fakultas Pertanian Unsoed, Penguji Eksternal Dr Sri Darmanti dari Departemen Biologi Fakultas Sains dan Matematika Undip, penguji Eksternal, Dr Maryani dari Fakultas Biologi UGM dan Tim Komisi, Prof Dra Endang Sri Murni Kusmintarsih dari Fakultas Biologi Unsoed.
Usai sidang, Juwarno menjelaskan, penelitian tersebut dilatarbelakangi kondisi Indonesia masih mengimpor 1,17 juta ton kedelai pada periode Januari sampai Juni 2018. Oleh karena itu, dia berupaya meningkatkan produksi kedelai dengan memanfaatkan lahan marginal, seperti lahan salin.
Lima Kurtival
“Asumsinya lahan-lahan marginal termasuk lahan salin itu belum ditanami tanaman, termasuk tanaman kedelai. Dari pemikiran saya bagaiman caranya supaya tidak impor dengan mencari kedelai unggul yang bisa ditanam di tanah salin. Kalau risetnya sampai panen itu sekitar 3 bulan,” ujarnya.
Juwarno mengaku meneliti lima kurtival (tanaman yang telah dipilih) kedelai. Dari hasil risetnya, ditemukan 3 kurtival unggul yang toleran lahan salin yakni Burangrang, Gema dan Grobogan.
Kurtival Grobogan, kata pria kelahiran Cilacap ini, mampu bertahan hingga tingkat salinitas sebesar 120 mM NaCl (garam). Bila disimpulkan, kedelai tersebut dapat ditanam di daerah payau atau mendekati pantai.
“Paling unggul kedelai Grobogan. Hasil ujinya punya biji besar dan paling banyak. Penelitian sebelumnya pernah sampai tingkat salinitas 100 mM NaCl. Ini saya tingkatkan lagi,” katanya.
Menurutnya, spesies murni ini sebetulnya sudah ditanam oleh masyarakat. Oleh karena itu, butuh penelitian lebih lanjut atau langsung diterapkan dengan cara menanam langsung di lahan salin.
Sementara itu, Dekan Fakultas Biologi Unsoed, Prof Dr rer nat Imam Widhiono mengatakan, meskipun belum di yudisium karena penemuannya belum terbit di Jurnal Internasional, Juwarno diharapkan tetap terus melakukan penelitian untuk penyempurnaan penemuannya tersebut.
“Saya minta dosen yang bergelar doktor untuk melakukan penelitian sesering mungkin. Baik dengan mengajukan proposal serta menulis pada jurnal ilmiah,” ujarnya. (K35-52)