PURWOKERTO – Film berjudul The Medium diangkat dari salah satu kisah nyata keuarga berketurunan dukun yang didokumentasikan salah satu wartawan di daerah Isan Thailand Utara.
Saat tim mengikuti Nim seorang dukun, mereka bertemu keponakannya bernama Mink yang menunjukan gejala aneh. Tampaknya Mink akan mewarisi bakat dukun dari keturunan keluarga mereka.
Saat Mink mulai tumbuh menjadi wanita dewasa, kejadian-kejadian aneh dialaminya. Sadar dirinya yang akan menjadi pewaris keluarganya, berbagai cara dilakukan oleh ibu dan Mink untuk menolaknya. Sampai-sampai mengganggu semua kehidupannya, mulai dari pekerjaan, kisah asmara sampai psikisnya.
Mengetahui keponakannya mengalami hal seperti itu, Nim berusaha menerawang dan mengobatinya dengan meminta pertolongan pada dewa yang disembahnya, yaitu Dewa Bayan.
Dilihatnya semakin hari semakin parah dan kejadian aneh semakin nyata dan menjadi-jadi. Mink yang mulai berbicara dengan orang yang tak terlihat.
Melihat pantulannnya di cermin dengan tersenyum dan sempat menghiilang, serta kembali tidak lagi dengan keadaan normal.
Sampai suatu ketika, Nim meminta pertolongan kepada dukun yang dianggap sakti, ia beranggapan bahwa Mink keponakannya bukan dirasuki oleh Dewa Bayan, melainkan roh jahat yang kemudian diadakan upacara pengusiran roh jahat.
Pengusiran itu dilakukan beberapa kali. Sampai di upacara terbesar dan tersakral dilakukan dengan menggunakan persyaratan, sesuai anjuran dukun sakti di salah satu gedung kosong terbengkalai yang menurut dukun itu merupakan tempat kekuatan roh terbesar.
Dalam upacara tersebut terjadi kegagalan yang berakibat semua orang mati dalam upacara pengusiran roh jahat.
Baca Juga : “Cek Ombak (Melulu)”, Kisahkan Saudara Tiri yang Saling Mencinta tapi Terhalang Orang Tua
Film the medium ini merupakan kolaborasi sutradara horror terkemuka di Thailand dan Korea, di mana disutradarai oleh Banjong Pisanthanakan. Film lain yang di sutradarainya adalah Shutter (2004). film ini dikemas dengan gaya dokumenter.
Dalam dunia perfilman, istilah untuk cerita fiksi yang dibingkai dengan gaya dokumenter dinamakan mockumentery.
Di mana kehidupan Nim direkam oleh beberapa kru wartawan yang meneliti profesi dukun sebagai tradisi lama yang ada di Thailand.
Film ini sempat menjadi top film yang banyak di perbincangkan di Indonesia dengan rating menurut imob.com yaitu 6,7/10 dari 4,8 ribu penonton.
Plot yang digunakan dalam film ini, yaitu slow burn di mana dengan durasi 131 menit berjalan runtut dan perlahan masuk ke kompleksitas ceritanya. Film ini juga best feature film dalam Bucheon International Fantastic Film Festival.(mg04-7)