BANYUMAS – Rencana penutupan rumah pemotongan hewan (RPH) di Ajibarang diprotes sejumlah elemen masyarakat yang peduli. Mereka menilai, nilai kemanfaatan RPH tersebut masih besar, jika dibandingkan dengan sejumlah RPH lain di kecamatan sekitar.
Ketua Forum Peduli Ajibarang, Yoga Sugama mengatakan, RPH Ajibarang tiap hari tetap operasional memotong. Rata-rata minimal 3-4 ekor sapi. Selain itu, keberradaan RPH tersebut, juga berdampak positif untuk masyarakat sekitar karena bisa menampung tenaga kerja.
“Kenapa yang rencana mau ditutup bukan RPH Wangon atau RPH Cilongok, yang saat ini tiap hari jarang ada pemotongan. Jika pihak pemkab benar-benar mau menutup mestinya harus mempertimbangkan hal ini,” kata mantan anggota DPRD Banyumas ini, Jumat (11/10).
Wilayah Ajibarang, saat ia menjadi anggota DPRD masuk daerah pemilihannya. Sampai saat ini, pihaknya masih mendapatkan pengaduan dari masyarakat di wilayah tersebut, termasuk masalah RPH ini.
“Jangan sampai rencana penutupan ini karena ada indikasi pesanan pihak tertentu, misalnya karena persaingan bisnis atau hal lain. Lagi pula RPH Ajibarang selama ini kan sebagai penopang pasokan daging ke Pasar Induk Ajibarang dan sekitarnya,” ujarnya.
Saat masih menjadi wakil rakyat, pihak dinas dulu juga sempat melontarkan mau menutup dua RPH dari tujuh RPH yang ada di Banyumas. Selain Ajibarang, juga RPH Purwokerto Barat. Setelah ditolak DPRD, rencana tersebut tidak jadi dilakukan.
“Sekarang dimunculkan lagi, dan warga sekitar mulai resah lagi. Mestinya hal seperti ini dipertimbangkan secara matang, apalagi tahun lalu sudah direnovasi sampai Rp 100 juta lebih,” katanya.
Mugi, ketua RT di lokasi RPH Ajibarang berharap pihak pemkab membatalkan rencana tersebut. Jika ditutup, kata dia, beberapa warga yang sudah bekerja di RPH tersebut terancam menganggur.
“Ini masih berfungsi dan bermanfaat untuk masyarakat sekitar. Kalau mau menutup ya yang di di RPH lain saja yang jarang ada kegiatan pemotongan,” mintanya.
Tak Efisien
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Pertanian Kabupaten Banyumas, Sulistiono mengatakan, penutupan RPH Ajibarang sudah direncanakan sejak tahun 2018. Namun itu ditunda karena waktu itu, ada permintaan dari anggota DPRD. Saat ini, pihaknya akan merealisasikan, namun masih menunggu pengisian jabatan kepala dinas yang kosong.
“Alasannya lingkungan masih membutuhkan, karena ada tenaga kerja dari warga sekitar. Kalau ditutup, tenaga kerja juga masih bisa dipindah di RPH ke Wangon atau Cilongok,” katanya dikonfirmasi terpisah.
Alasan rencana penutupan RPH Ajibarang, lanjut dia, untuk efisiensi, karena pemotongannya sedikit tiap hari, sementara ada dokter hewan sendiri dan banyak menganggurnya. Sehingga kerjanya tidak optimal.
“Kalau tiap hari motongnya hanya 3 ekor sapi, kan tiga jam selesai, jadi waktunya banyak nganggurnya. Pukul 7.00 atau pukul 8.00 sudah tidak ada kerjaan, kan jadi banyak waktu terbuang,” katanya.
Jika ditutup, lanjut dia, maka tenga kerjanya akan digabung ke RPH Wangon atau Cilongok, sehingga pemerintah daerah tidak rugi, karena menggaji mereka. Jagal yang ada, bisa dialihkan di kedua RPH itu.
“Lagi pula di RPH Ajibarang lokasinya terlalu sempat, dan tidak layak dilebarkan dan masuk ke dalam. Renovasi kan hanya rehab saja,” jelasnya.
Menurutnya, RPH Wangon dan Cilongok tidak dipilih ditutup, karena lokasinya lebih luas. Jika dibangun lebih bagus, maka akan lebih layak.
“Dulu di Wangon pemotongan tiap harinya bisa 5-6 ekor. Sekarang menurun karena ada larangan pemotongan sapi betina produktif, sehingga milih motong di rumah, tidak lagi dibawa ke RPH,” tandas dia. (G22-37)