PURWOKERTO – Pengamat pariwisata Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Drs Chusmeru MSi menilai perdebatan soal agenda wisata unggulan, Banyumas Extravaganza bukan hanya soal nama. Melainkan pula konsep acara tersebut.
Menurut dia, butuh kajian yang menyeluruh terkait klaim even yang menyasar wisatawan mancanegara. Hal ini perlu didukung dengan data dan indikator yang jelas.
“Persoalannya bukan hanya pada nama Banyumas Extravaganza yang tidak meng Indonesia, tetapi juga pada konsep acara dan target capaian dari gelaran tersebut. Jika ingin tetap menggunakan kata Extravaganza, maka konsepnya adalah sebuah pertunjukan yang hebat dan spektakuler. Menampilkan parade seni budaya yang kekinian atau perpaduan antara yang tradisional dan modern,” katanya, Kamis (10/10).
Menurut dia, even tersebut seharusnya menampilkan beragam seni budaya, mulai dari tari, musik, dan teatrikal dari berbagai daerah. Seluruhnya ditampilkan secara spektakuler.
Namun jika konsepnya adalah menampilkan budaya lokal Banyumas, maka label extravaganza kurang tepat. Meskipun dengan alasan agar lebih menggigit dan menyasar wisatawan mancanegara.
“Lebih tepat bertajuk “Kirab Budaya Banyumas”,” tandasnya.
Data Wisatawan
Menurut dia, jika targetnya ingin menyasar wisatawan mancanegara, maka titik persoalan bukanlah pada tajuk acara. Melainkan pada strategi promosi acara sehingga memiliki daya jual di pasar wisata domestik maupun mancanegara.
Target acara juga perlu dilakukan kajian dan evaluasi. Misalnya data terkait jumlah wisatawan mancanegara yang hadir dan menyaksikan acara tersebut. Dari negara asalnya, serta berapa lama mereka tinggal di Banyumas selama acara berlangsung. Jika perlu data pula pengeluaran para wisatawan ini, serta tanggapan terhadap acara tersebut.
“Jika tidak didukung data dan indikator yang jelas tentang target wisatawan mancanegara, maka apapun nama yang akan diberikan kepada gelaran Banyumas Extravaganza akan sekadar menghasilkan klaim kesuksesan dan kemeriahan acara semata. Pemkab Banyumas perlu segera merumuskan kembali konsep, strategi promosi, dan target capaian gelaran seni budaya tersebut. Apa pun nama gelaran tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, pemerhati budaya, Yatman Sumarman mengatakan, even ini sejatinya sudah cukup populer. Selain itu, masyarakat selalu menunggu jadwal pelaksanaan karnaval jalanan tersebut.
“Kalau ada yang usul nama baru, ya pikirkanlah acara baru. Jangan sama seperti Banyumas Extravaganza,” katanya.(K35-37)
Diskusi tentang artikel