Doa keselamatan untuk Nusantara mewujud dalam prosesi ruwat rambut gimbal pada puncak Dieng Culture Festival (DCF) 2020, di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Kamis (17/9).
LAMAT kidung Rumeksa Ing Wengi mengiringi prosesi sakral pemotongan rambut gimbal yang dilakukan masyarakat Dataran Tinggi Dieng. Syiir karya Sunan Kalijaga tersebut, bukan hanya sebagai doa untuk keselamatan ketiga bocah gimbal yang dicukur tapi juga bangsa Indonesia.
Kidung Rumekso Ing Wengi memiliki makna permohonan agar disingkirkan dari balak atau malapetaka. Di konteks kekinian, negara Indonesia juga tengah menghadapi pageblug korona yang terjadi sejak awal tahun.
Sesepuh adat Dieng, Mbah Naryono menyatakan, ruwat rambut gimbal tahun ini berbeda dibanding tahun sebelumnya. Dalam keadaan wabah yang masih terjadi, tradisi ruwatan yang digelar secara tertutup. “Meski demikian, tidak mengurangi makna dari tradisi ini,” katanya.
Menurutnya, di masa prihatin akibat wabah korona yang masih melanda, doa tolak bala bukan hanya dimohonkan bagi keselamatan bocah rambut gimbal yang mengikuti ruwatan. Lebih dari itu, pemangku adat juga mengunjukkan doa bagi keselamatan untuk Nusantara, agar pandemi segera berakhir.
“Tentu, kami memohon agar seluruh nusantara selamat dan terbebas dari pandemi,” ujarnya.
(Baca Juga: Dieng Culture Festival Tahun 2020 Digelar Virtual)
Dikatakan, prosesi ruwat rambut gimbal dimulai dua hari sebelumnya dengan pengambilan air dari sejumlah mata air di dataran tinggi Dieng, antara lain Sendang Maerokoco, Sumur Buana, Telaga Balaikambang, Sendang Sidayu, dan Tuk Bimalukar. Air tersebut digunakan untuk prosesi jamasan sebelum rambut gimbal dicukur.
Permintaan
Tiga anak yang mengikuti ruwatan antara lain Atika Nur Laila (7), dari Desa Bowongso, Kecamatan Kalikajar, Wonosobo yang memiliki permintaan bakso dan buntil. Kedua, Reli Juliyanti(9), dari Desa Limbangan Kecamatan Madukara, Banjarnegara dengan permintaan ponsel android. Ketiga, Dea Maulana Safira dari Desa Sitiharjo Kecamatan Garung, Wonosobo dengan permintaan kalung dan tablet.
Usai pencukuran, dilakukan prosesi ngalap berkah yakni dengan membagikan sejumlah sesajian kepada pengunjung. Selanjutnya, rambut gimbal dari ketiga anak dilarung di telaga Balaikambang, yang berada di sebelah timur kompleks Candi Arjuna.
Di masa pandemi ini, seluruh rangkaian DCF diterapkan protokol kesehatan secara ketat. Selain pembatasan undangan, seluruh peserta mengenakan masker atau face shield, serta kewajiban cuci tangan. Acara juga disiarkan secara langsung melalui platform sosial media sepert Youtube, Facebook dan Instagram. (Castro Suwito-2)