PURWOKERTO – Mulai pukul 06.30 Sabtu (21/9), ratusan murid SMP 5 Purwokerto terlihat sudah beraktivitas di sekolah. Rupanya mereka melakukan aksi memungut sampah, terutama sampah plastik di lingkungan sekolah.
Mereka tidak melakukannya sendiri, tetapi dibantu pula guru dan staf bagian tata usaha sekolah.
Apa yang dilakukan para siswa ini merupakan sebuah upaya dan kerja nyata dalam mengurangi sampah plastik di lingkungan sekolah. Apalagi Indonesia termasuk negara penyumbang limbah plastik yang cukup besar.
Sampah-sampah yang terkumpul ini, sebenarnya dipilah dari sampah yang sudah terkumpul di penampungan sementara yang disediakan sekolah. Setelah sampah plastik berhasil dikumpulkan, mereka lalu menimbangnya.
Bagi mereka, kegiatan mengumpulkan sampah tersebut bukanlah hal yang baru, sebab gerakan seperti ini sudah dilakukan di sekolah secara rutin dalam bentuk kegiatan Jumat bersih.
Limbah plastik yang berhasil dikumpulkan oleh siswa, sebagian ada yang diolah menjadi pagar untuk Green House, membuat kursi, pot bunga, dan sebagian dijual dan hasilnya digunakan untuk menambah bibit tanaman sebagai peneduh.
Jumat Bersih
Menurut Kepala SMP Negeri 5 Purwokerto, Sugeng Kahana, kegiatan seperti ini sangat positif untuk mengedukasi peserta didik agar memiliki kepedulian dan menjaga lingkungan sekitar, baik di rumah maupun di sekolah.
Bahkan kegiatan Jumat bersih di lembaganya sudah berjalan sejak lama. Selain melakukan gerakan pungut sampah, Sabtu (22/9) lalu, seluruh warga sekolah juga diajak untuk melaksanakan kegiatan PSN (pemberantasan sarang nyamuk).
“Kegiatan pungut sampah plastik dapat mengurangi limbah plastik. Namun begitu, perlu juga dilakukan upaya untuk mengolah sampah tersebut,” kata salah satu guru, Cipto Pratomo.
Selama ini muncul persoalan, yakni setelah sampah plastik terkumpul hendak bermuara. Sebenarnya ada cara yang jitu, yakni dengan melarang secara tegas penggunaan kemasan/bungkus plastik dan mewajibkan para penjual makanan untuk mengemas makanannya dengan daun, kertas atau anyaman bambu maupun dengan bahan yang ramah lingkungan.
“Misalnya yang masih konsisten sampai sekarang, yakni penjual gethuk goreng yang hingga saat ini masih menggunakan besek,” ujar dia.
Bila semua masyarakat melakukan langkah seperti ini, lanjut dia, maka limbah plastik bisa teratasi. Begitu pula para konsumen hendaknya juga membawa wadah sendiri bila akan berbelanja.
“Dulu kita bisa melakukan seperti itu, tapi kenapa sekarang tidak? Makanya perlu ada ketegasana dari pemerintah untuk program larangan penggunaan kemasan plastik, apalagi saat ini sampah plastik sudah sangat membahayakan,” pungkasnya.(Budi Setyawan-20)