BANYUMAS – Kualitas atraksi wisata di Kabupaten Banyumas perlu ditingkatkan. Sebab, konsep even yang monoton tentu mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Asis Kusumandani mengatakan, sejumlah agenda wisata seperti Grebeg Sura Baturraden perlu dievaluasi. Selain masalah tingkat kunjungan, bentuk kemasan even dan persiapan juga perlu diperbaiki.
Menurut dia, agenda yang baru saja usai digelar ini mengalami peningkatan secara kuantitas. Namun, kualitasnya mengalami penurunan.
“Garebeg Sura kemarin sedikit kurang terkoordinasi. Jadi kesannya kacau. Ke depannya, kami akan kedepankan kualitas dibanding kuantitasnya,” katanya, kemarin.
Asis mengatakan, meski persiapan diperkirakan cukup matang, namun gelaran yang dikemas dengan Festival Baturraden itu terkesan kurang persiapan. Misalnya saat peserta pawai mengantre untuk tampil di depan panggung kehormatan. Ternyata ada grup kesenian yang belum dipentaskan.
“Kami dari dinas hanya memfasilitasi. Seluruh kepanitiaan teknis diserahkan ke PMPB,” kata dia.
Terpisah, pegiat Paguyuban Masyarakat Pariwisata Baturraden (PMPB) Supriyono mengatakan, koordinasi antar panitia baik dari dinas, pelaku wisata dan perwakilan 12 desa di Kecamatan Baturraden masih lemah.
“Ini perlu diperbaiki pola komunikasinya. Anggaran juga mepet,” kata dia.
Juara
Sementara itu, peserta pawai dari Desa Rempoah menjadi Juara 1 Festival Grebeg Suran Baturraden 2019, Minggu (22/9). Sementara juara 2 diraih oleh Desa Karangmangu juara 3 desa Kemutuglor. Sedangkan juara harapan 1 diraih oleh perwakilan Desa Kebumen dan juara harapan 2 Desa Pamijen
Pemenang pertama ajang yang diikuti 12 desa di Kecamatan Baturraden ini mendapatkan hadiah sebesar Rp 2,5 juta dari Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas.
Kepala Desa Rempoah Sugeng Pujiharto mengaku senang dan bangga kepada seluruh peserta yang telah terlibat dalam festival. Pihaknya mengerahkan potensi yang dimiliki oleh desa Rempoah pada kegiatan tersebut.
Desa tersebut menampilkan ikon adalah Raden Kamandaka dan Putri Cipto Roso, diikuti gunungan hasil bumi, barisan pager ayu, kemudian barisan tenong, dan grup kentongan. Barisan BUMDes juga menampilkan replika Patung BSF (Lalat tentara Hitam) mesin pengurai sampah juga ditampilkan. (K35-)