Sejak penampilannya diperbaiki pada bulan April 2018 lalu, wajah Goa Lawa Purbalingga kini tidak lagi nampak seram. Puluhan lampu berwarna-warni telah menghias setiap sudut ruangan, lorong gua yang dahulu gelap, kini telah berubah.
Dari pintu masuk, nuansa candi dari zaman Majapahit mulai terlihat. Susunan batu bata menghias pagar pembatas dan tangga.
Cahaya lampu sudah menyambut sejak dari mulut gua. Jalan setapak penghubung antar ruang gua juga diperlebar untuk memudahkan pengunjung. Beberapa kursi kayu sepanjang 1,5 meter terpasang di sejumlah sudut.
Semakin jauh ke dalam gua, penampilannya semakin menarik. Beberapa lampu yang terpasang dan menampilkan ragam warna cahaya cukup untuk mengundang decak kagum.
Di dalam Goa Lawa juga telah dilengkapi dengan kafe yang memiliki sejumlah meja dan kursi untuk bersantai. Titik berfoto di dalam gua juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin berselfie.
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Purbalingga, Prayitno mengatakan, Goa Lawa Purbalingga (Golaga) menjadi salah satu andalan Purbalingga. Paket wisata ini dikemas dalam bentuk Golaga, Serang, dan Kutabawa (Gokuse) dan Serang Kutabawa, Golaga (Sekugo).
Dengan pembenahan yang dilakukan pada Goa Lawa, Pemerintah Kabupaten Purbalingga, menurut Prayitno, menargetkan untuk mendatangkan 200 ribu wisatawan per tahun.
Sementara itu, Juru Kunci Goa Lawa, Surip menuturkan, ada sejumlah cerita rakyat yang berkembang seputar gua yang dibuka tahun 1978 tersebut. Misalnya kisah tentang dua putri Prabu Siliwangi Endang Murdaningsih dan Endang Murdaningrum.
Surip mengungkapkan, cerita itu memiliki kaitan yang erat dengan pantangan yang ada di kompleks Goa Lawa.
“Pantangannya tidak boleh memakai pakaian hijau dan mengurai rambut bagi kaum perempuan. Dulu memang sangat ketat, sekarang tidak terlalu,” katanya. [NS/YS]