CILACAP – Sejumlah pegiat kreatif Cilacap melahirkan sedikitnya 14 karya dokumentasi peninggalan sejarah. Karya-karya tersebut merupakan buah dari workshop Cilacap Heritage Fellowship Program (CHFP) 2019 yang digelar bulan Agustus 2019 lalu.
Manajer Program CHFP 2019, Insan Indah Pribadi mengatakan, program ini digelar dengan latar belakang program minimnya referensi bacaan maupun karya-karya yang menceritakan sejarah daerahnya.
Oleh karena itu, dia menggagas program untuk mendorong pelaku seni mengembangkan kreativitasnya dalam berbagai bentuk. Misalnya buku, komik, ataupun multimedia yang megungkap kisah-kisah sejarah di daerah.
“Karya-karya tersebut dapat dijadikan media pembelajaran bersama baik bagi anak-anak usia dini, remaja sampai dewasa. Program yang dikawal Sangkanparan ini menyajikan pendidikan kesejarahan untuk 20 orang terpilih yang wajib melahirkan karya selama masa pendidikan berlangsung maupun sesudahnya,” ujarnya, Sabtu (12/10).
Menurut dia, pada workshop belum lama ini terpilih 20 orang peserta program. Mereka berasal dari berbagai latar belakang seperti komunitas literasi, penulis, komikus, dan pembuat film.
Setelah mendapat pembekalan materi dan kunjungan lokasi mereka berdiskusi dengan pelaku sejarah dan melakukan kunjungan ke sejumlah tempat, termasuk materi tentang sejarah dolanan bocah.
“Selama 2 bulan para peserta diminta untuk menyelesaikan karya mereka. Sampai saat ini karya yang terkumpul antara lain, sebuah buku berisi 6 karya tulis berlatar belakang sejarah, 1 buah komik anak berlatar belakang sejarah, 1 buah buku anak berisi ilustrasi berlatar belakang sejarah, 3 film pendek berlatar belakang sejarah serta 2 video art musikalisasi puisi berlatar belakang sejarah. Ada juga laman www.cilacapheritage.com sebagai ruang berbagi informasi sejarah bagi Cilacap dan sekitarnya,” jelasnya.
Insan menambahkan, seluruh karya yang dihasilkan akan diluncurkan dan dipublikasikan pada bulan November mendatang. Program ini mendapat dukungan dari Direktorat Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
“Kami masih menunggu beberapa karya lagi sebelum dicetak untuk dipublikasikan,” ujarnya. (K35-37)