BANJARNEGARA – Polda Jateng menggandeng pondok pesantren (ponpes) dalam upaya menangkal paham radikal. Komunitas pondok pesantren dinilai memiliki peran yang penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Dir Intelkam Polda Jateng Kombes Pol Yudha Gustawan mengatakan, paham radikal sangat rawan menyebar ke semua kalangan. Untuk menangkalnya, kepolisian berupaya untuk lebih mendekatkan diri kepada masyarakat.
“Ini sesuai kebijakan Kapolda Jateng agar polisi mendekat ke masyarakat,” katanya, ditemui usai pengajian Maulid Nabi Muhammad SAW di Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin, Mantrianom, Kecamatan Bawang, Senin (18/11).
Menurutnya, upaya pendekatan itu dimulai dari komunitas masyarakat di pondok-pondok pesantren. Selain itu, pihaknya juga menggandeng organisasi kepemudaan, mahasiswa, tokoh masyarakat dan ulama untuk bersama-sama mendukung dan menjaga keamanan di wilayahnya.
“Selain menangkal paham radikal, juga untuk mewaspadai kelompok yang berupaya memecah persatuan dan kesatuan NKRI,” tandasnya.
Pengasuh Ponpes Tanbihul Ghofilin KH Muhammad Hamzah dalam ceramahnya menyatakan, internet menjadi salah satu ancaman terbesar dalam penyebaran paham radikal. Berbagai informasi bisa didapatkan dari internet.
Menyeluruh
“Ini yang bahaya, ketika mempelajaro agama dari google, dari buku-buku yang tidak jelas, tanpa bimbingan dari ulama. Belajarlah pada orang yang jelas sanad keimlmuannya,” katanya.
Yang mengkhawatirkan lagi, saat ini paham radikal juga disinyalir sudah memapar di kalangan pegawai BUMN, ASN, mahasiswa, bahkan di kepolisian. Sehingga, upaya deradikalisasi ini juga harus dilakukan secara menyeluruh, bukan hanya di masyarakat.
Pengajian dihadiri oleh tokoh agama, tokoh masyarakat, instansi pemerintah, mahasiswa, dan pelajar. Pada kesempatan itu juga diserahkan santunan kepada 100 anak yatim piatu. (K36-60)