BANYUMAS – Penari sekaligus koregrafer, Rianto mengaku bangga lantaran tari lengger Banyumas telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia tahun 2019. Penetapan ini dilakukan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 15 Agustus lalu.
Menurut Rianto, selama ini lengger kurang mendapat tempat terhormat sebagai salah satu seni tradisi Banyumas. Sebagai tarian, kesenian tersebut masih dianggap tabu.
“Baru kali ini pemerintah memperhatikan kesenian Lengger dan mendapat pengakuan,” ujarnya, usai gelaran Kendalisada Art Festival 2019, di Desa Kaliori, Kecamatan Kalibagor, Banyumas, Minggu (8/9).
Menurut dia, tak sedikit seniman lengger yang berjuang untuk mengenalkan budaya tersebut di berbagai kesempatan dan tempat. Tentu saja, salah satunya yaitu almarhum Maestro Lengger Lanang, Dariah.
Rianto juga melakukan riset terkait kesenian dengan konsep hijrah. Artinya, menyatukan unsur maskulin dan feminim dalam satu tubuh. Penelitian itu dilakukan pada seni tari Bissu di Makassar, Warok dan Gemblak pada seni reog di Jawa timur dan lengger sendiri. Sepintas, hasil riset ini dapat disaksikan melalui film layar lebar “Kucumbu Tubuh Indahku” garapan sutradara Garin Nugroho.
“Harapan saya kepada pemerintah agar ada sebuah warisan budaya untuk menjadikan Lengger ini sebagai bahan ajar dan juga bahan pengetahuan bagi masyarakat dan generasi muda di Banyumas,” ujarnya.
Setahun ini, Rianto berupaya mewujudkan cita-citanya membangun musuem lengger. Rencananya, ruang tersebut akan digunakan untuk menyimpan peninggalan peralatan pentas Maestro Lengger Dariah, serta menjadi sentra seni lengger. (baca juga: Lengger, Tak Sekadar Seni Olah Tubuh)
“Sudah setahun ide ini, tapi memang masih membutuhkan perjuangan untuk mewujudkannya,” katanya.
Terpisah, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Deskart Sotyo Jatmiko mengatakan, lengger merupakan identitas budaya yang memiliki keunikan dan tradisi yang masih hidup. Para pelaku seni lengger perlu dilestarikan dan dikembangkan lebih lanjut.
“Lengger juga berkembang dengan pesat. Koreografer dan seniman tari dari berbagai daerah kerap menggarap tari kontemporer yang terinpirasi dari gerakan khas lengger.
Tahun berikutnya, kata Deskart, Dinporabudpar Banyumas akan menyusun pendataan sejumlah warisan budaya yang akan diusulkan sebagai WBTB Indonesia. Rencananya, pihaknya akan mengusulkan wayang Bawor, gubrag lesung, ebeg, tempe mendoan dan sroto Sokaraja. Hingga saat ini, Banyumas memiliki empat warisan budaya tak benda yang telah ditetapkan oleh Dirjen Kebudayaan yaitu, calung Banyumas, getuk goreng, begalan dan lengger. (K35-52)