PURWOKERTO – Tagline “Banyumas Wera” yang menggantikan nama even Banyumas Extravaganza kembali dipersoalkan sejumlah kalangan. Salah satunya adalah makna kata “wera” yang dianggap kurang tepat.
Seniman Banyumas, Bambang Wadhoro mengatakan, kata wera dalam bahasa Jawa dialek Banyumas bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti luas atau pemandangan yang tak terhalang. Dia mengaku tak mengetahui asal muasal tafsir kata “wera” yang berarti bagus atau elok.
“Wera dalam dialek Banyumas memiliki arti berbeda dengan wera bahasa Jawa dialek wetanan. Wera itu pemandangan yang tidak ada penghalangnya, atau luas, langka apa-apane (tidak ada apa-apanya),” katanya, Rabu (20/11).
Hal serupa juga disebutkan pada Kamus Dialek Banyumas (2007) yang disusun budayawan Ahmad Tohari terbitan Yayasan Swarahati Banyumas. Pada kamus tersebut ditemukan kata wera memiliki makna luas atau pemandangan tak terhalang.
Meski demikian, Badhor, panggilan pegiat Teater Tubuh ini, mengusulkan perubahan nama untuk menggantikan Banyumas Extravaganza. Menurutnya, kata muncar lebih tepat untuk penggunaan tagline even wisata tersebut.
“Muncar diambil dari singkatan mukti kuncara. Mukti berarti luhur, dan kuncara berarti kondang atau terkenal. Muncar dalam bahasa Jawa kuno juga berarti berkilauan atau memancar. Jadi namanya bisa menjadi Gelar Budaya ‘Banyumas Muncar’,” jelasnya.
Keminggris
Sementara itu, pengamat pariwisata Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Drs Chusmeru MSi mengatakan, perubahan nama Banyumas Extravaganza menjadi Banyumas Wera tidak akan berarti secara signifikan. Sebab, tujuannya hanya untuk menghentikan polemik tagline acara yang dianggap “keminggris” itu.
“Apa pun nama acaranya, yang terpenting sebetulnya sejauh mana konsep acara tersebut dapat menjadi atraksi wisata. Oleh sebab itu, keberhasilan acara tersebut terletak pada sejauh mana target capaian dan kekuatan promosinya,” ujarnya.
Menurutnya, gelaran Dieng Culture Festival juga menggunakan tagline “keminggris”. Namun, acara tersebut selalu sukses menyedot wisatawan. Alasannya cukup jelas, yakni konsep, promosi dan capaian target yang terukur.
Chusmeru menyarankan, Pemkab Banyumas perlu meminta masukan dari pelaku biro perjalanan maupun pelaku wisata lain. Terutama untuk menanyakan tagline baru “Banyumas Wera” punya nilai jual di pasar wisata.
“Jika memang Banyumas Wera menjadi bagian dari kalender wisata tetap di Banyumas, maka target capaiannya harus jelas terukur, yaitu meningkatkan angka kunjungan wisatawan, menambah lama tinggal dan pengeluaran wisatawan, secara ekonomis berdampak pada industri kecil, serta menghidupkan kembali organisasi sosial budaya yang ada. Tanpa target yang terukur, maka even ini hanya akan menjadi tontonan dan hiburan bagi warga lokal saja, layaknya karnaval Agustusan,” katanya. (K35-60)