PULUHAN remaja tampak serius mendengarkan penjelasan seorang nara sumber dari sebuah komunitas di bidang teknologi informasi di Purwokerto, baru-baru ini. Sesekali mereka mengoperasikan komputer di depannya yang sudah terhubung dengan jaringan internet.
Sebagian dari mereka ada pula yang hanya memanfaatkan sebuah smartphone. Ya, para remaja tersebut sebagian besar merupakan peserta didik Program Paket C Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Purwokerto. Mereka tengah mengikuti kegiatan workshop e-commerce di era reformasi digital yang berlangsung di aula lembaga ini.
Dalam acara tersebut, mereka melakukan kegiatan literasi dengan belajar mengenai cara mempromosikan sebuah produk melalui layanan media digital. Di era seperti sekarang, kegiatan pemasaran secara digital sudah menjadi sebuah tuntutan.
Menurut Ketua Pengelola Labsite SKB Purwokerto, Fajar Setyarina, selama ini banyak peserta didik maupun peserta kursus di lembaganya yang mampu menghasilkan produk-produk berkualitas, mulai dari beragam jenis makanan ringan, kerajinan tangan, desain busana, pertanian, serta produk-produk lainnya.
Namun seringkali mereka mengalami kendala ketika akan memasarkan produk. ”Sebenarnya produk-produk yang mereka hasilkan cukup bagus dan berkualitas, tetapi saat akan dijual atau dipasarkan, mereka menemui hambatan,” ujar dia.
Sebenarnya mereka bersama dengan pengelola SKB Purwokerto sudah melakukan upaya memasarkan produk-produk tersebut. Kendati demikian, upaya ini masih dilakukan secara konvensional. Mereka hanya memasarkan produk melalui kegiatan pameran maupun dengan sistem “getok tular” (dari mulut ke mulut).
Model pemasaran seperti ini, ternyata masih kurang efektif, sehingga perlu ada upaya menjembatani mereka agar produk-produk mereka dapat dipasarkan secara optimal. Salah satu caranya dengan memasarkan secara digital, terutama melalui subdomain website instagram, whatsapp maupun facebook.
”Dengan menyelenggarakan kegiatan workshop tentang e-commerce, diharapkan kemampuan literasi mereka tentang bagaimana memasarkan produk-produk melalui layanan digital semakin kuat,” jelas perempuan yang biasa disapa Nina ini.
Karena itu, lanjut dia, pihaknya sengaja mengundang sejumlah nara sumber yang berkompeten dari Komunitas IT Sakti Builder Purwokerto, antara lain Agus Suparno tentang pengenalan e-commerce menggunakan subdomain website IG, WA dan FB.
Kemudian Dwi Yulianto tentang photografi produk, Raswati tentang eding photo, serta Brigita Dewi Yuliantari tentang upload project e-commerce.
Menurut Nina, model pemasaran yang mengedepankan cara-cara konvensional selama ini, perlu diubah dengan mengikuti perkembangan zaman yang cukup pesat. Apalagi sekarang sudah memasuki era digital, sehingga mau tidak mau sistem pemasaran produk juga perlu dilakukan dengan cara-cara digital.
”Kami memiliki showroom yang menjual berbagai produk kerajinan dari peserta didik. Dengan adanya workshop tentang e-commerce, diharapkan kemampuan literasi peserta didik dalam memasarkan produk mereka semakin kuat, sehingga mampu meningkatkan penghasilan,” terangnya.
Sementara salah satu nara sumber, Agus Suparno mengatakan, ketika akan memasuki dunia e-commerce, setidaknya ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan oleh peserta didik maupun peserta kursus dan pelatihan.
Di antaranya produk yang akan ditawarkan hendaknya yang berkualitas, memiliki piranti komputer dengan jaringan internet atau telepon pintar, mampu membuat foto produk yang menarik, mendaftar ke aplikator jual beli online, serta memasarkannya melalui media sosial.
Selain menyelenggarakan layanan pendidikan kesetaraan, selama ini SKB Purwokerto juga menyelenggarakan layanan pendidikan masyarakat (Dikmas), PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), umum, serta pendidikan vokasi bagi masyarakat.(Budi Setyawan-)