PURWOKERTO – Universitas Jenderal Soedirman menargetkan peningkatan jumlah guru besar. Hal ini telah diprogramkan sejak tahun 2015.
Rektor Unsoed, Prof Suwarto MS mengatakan, pihaknya berupaya menggenjot program percepatan guru besar tersebut. Saat ini, guru besar kampus tersebut berjumlah 68 orang.
“Menjadi guru besar itu tidak langsung instan. Perlu waktu karena guru besar harus publikasi karya ilmiah internasional dan jurnal bereputasi yang diakui Dikti,” ujarnya, usai Sidang Terbuka Senat Unsoed pengukuhan dua guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, di Gedung Soemardjito, Kamis (25/9).
Dia mengatakan, persyaratan itu kerap menjadi kendala bagi para dosen di lingkungan Unsoed. Namun, dia terus mendorong tenaga pengajar memanfaatkan peluang program percepatan tersebut.
Menurut Soewarto, guru besar saat ini berjumlah 2,9 persen dari keseluruhan dosen di Unsoed. Dia menargetkan tahun 2021, Unsoed mampu melewati rasio 3 persen.
“Dua tahun ke depan di atas 3 persen. Ini kami masih menunggu beberapa dosen di Jakarta yang masih proses studi. Mohon doa restunya ya,” kata dia.
Orasi Ilmiah
Adapun pada Sidang Senat Pengukuhan Guru Besar tersebut Prof Pramono Hari Adi MS dikukuhkan sebagai guru besar bidang Ilmu Manajemen Pemasaran. Sementara Prof Wiwiek Rabiatul Adawiyah MSc PhD pada bidang ilmu Total Quality Management. Jumlah guru besar FEB bertambah menjadi 14 orang.
Pada orasi ilmiahnya, Prof Pramono memaparkan persoalan kemajuan dan berbagai penemuan teknologi yang mengacaukan pasar yang lazim disebut sebagai disrupsi. Digitalisasi pasar itu diwujudkan dalam beragam aktivitas dalam jaringan (daring).
“Ada taksi, hotel, ritel, jasa keuangan online dan lainnya. Hal ini juga memunculkan perusahaan baru yang memiliki struktur dan kultur yang berbeda dengan perusahaan lama dan menyebabkan perusahaan lama dipaksa mati karena kesulitan atau lamban menyesuaikan diri seperti gerai ritel modern yang bertumbangan,” kata dia.
Perubahan ini, kata dia, membuat kalangan usaha mau tidak mau harus mengikuti perkembangan disrupsi yang terjadi. Namun, bagi perusahaan ataupun institusi memiliki alasan enggan atapun lamban mengikuti perubahan yang lazim disebut 6 perangkap.
Sementara itu, Prof Wiwiek memaparkan orasi ilmiahnya yang berjudul “Membangun Kehidupan Kerja Berkualitas Berbasis Nilai Spiritualitas Islam”. Dia mengkritik model manajemen ilmiah barat yang liberal dan mengedepankan kepentingan individu.
“Kekuatan spiritualitas Islam akan menciptakan moral yang baik dalam bekerja. Ketika akhlaq merosot maka semua sistem dalam kehidupan bermasyarakat akan runtuh. Nilai spiritualitas membantu proses keseimbangan hidup karyawan dalam tiga tingkatan yaitu individu, kelompok dan organisasi sehingga dapat dicapai hasil kerja yang optimal,” jelasnya. (K35-60)