Di Indonesia setidaknya ada empat tempat yang memproduksi sapu berbahan baku tanaman sorgum atau yang dikenal dengan sebutan sapu sorgum. Selain di Purbalingga, Jawa Tengah, tiga lokasi lain yakni di Kota Tegal, Gamping Yogyakarta, dan Bogor.
Peluang pasar sapu sorgum sampai saat ini masih terbuka lebar, salah satu yang terbesar adalah pasar Korea Selatan yang membutuhkan sapu sorgum dalam jumlah besar.
Bambang Triono, perajin sapu sorgum di Dusun Genting, Desa Karanggambas, Kecamatan Padamara, Purbalingga mengatakan, Permintaan pasar Korea Selatan meminta hingga 20 kontainer per bulan, namun perajin di tempatnya hanya mampu mengekspor dua kontainer dalam satu bulannya. Dalam satu kontainer pengiriman berisi 15 ribu sapu.
“Kami hanya mengirimkan ke Korea Selatan. Permintaannya saja, kami belum mampu memenuhinya. Paling tidak, dalam sebulan hanya mengirim dua kontainer atau sekitar 30 ribu buah sapu,” kata Bambang Triono.
Sementara itu, Kepala Bidang Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Kabupaten Purbalingga, Agus Purhadi Satyo mengatakan, salah satu kendala memenuhi pasar tersebut karena terbatasnya bahan baku berupa sorgum sapu (broom sorghum).
“Lahan pertanian rumput sorgum di Purbalingga masih sangat terbatas. Kebutuhan bahan baku masih didatangkan dari Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Demak,” ujar Agus.
Menurut Agus, jenis tanaman sorgum untuk bahan baku sapu memang berbeda dengan tanaman sorgum lain. Berdasarkan pemanfaatannya, tanaman sorgum diklasifikasikan kedalam empat golongan, yaitu sorgum biji (grain sorghum) yang digunakan sebagai makanan pokok di daerah tropis, sorgum manis (sorgo/sweet sorghum) yang digunakan sebagai bahan untuk pembuatan minuman beralkohol, sirup, etanol dan makanan ternak, sorgum sapu (broom sorghum) yang digunakan sebagai bahan industri sapu/sikat, dan sorgum rumput (grass sorghum) yang digunakan sebagai makanan ternak.
Baca : Tips Memasarkan Produk di Sosial Media yang Efektif
“Tanaman sorgum yang dibudidayakan untuk membuat sapu, merupakan broom sorghum yang usia tanamnya sekitar 50 – 60 hari sudah bisa dipanen,” kata Agus. [YS]