BANJARNEGARA – Musim kemarau di Kabupaten Banjarnegara menyebabkan sekitar 575 hektare sawah kekeringan. 135 hektare di antaranya mengalami gagal panen atau puso.
Kepala Bidang Tanaman Pangan pada Dinas Pertanian Perikanan dan Ketahanan Pangan Banjarnegara Suparman mengatakan, dari total 575 hektare areal sawah terdampak kekeringan, paling luas terjadi di Kecamatan Susukan mencapai 298 hektare. “Kerusakannya bervariasi dari ringan, sedang hingga berat,” katanya.
Menurutnya, sebagian tanaman padi yang ada saat ini berkisar antara 35 hari hingga 75 hari. Kerusakan tanaman terjadi pada usia tanam yang relatif muda. Pada usia tersebut, tanaman membutuhkan konsumsi banyak air untuk pertumbuhan generatif. “Jika tidak tertolong, maka dipastikan tanaman mati,” jelasnya.
Dikatakan, berdasarkan pendataan terakhir, luas areal sawah yang dinyatakan puso mencapai 135 hektare. Penentuan puso ditetapkan oleh petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT). “Dinyatakan puso jika kerusakan mencapai 75 persen tanaman dari petak lahan,” terangnya.
Suparman mengungkapkan, bagi petani yang mengalami gagal panen masih mendapatkan harapan tidak merugi. Pasalnya, pada musim tanam kali ini Pemerintah Provinsi Jateng membantu premi asuransi untuk sawah seluas 1.749 hektare sawah di Kabupaten Banjarnegara.
Sehingga petani yang gagal panen masih bisa dibantu klaim untuk pengganti biaya produksinya. “Kemarin sudah mulai disurvei lokasi oleh PT Jasindo untuk proses klaim,” paparnya.
Menurutnya, selama musim kemarau ini pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan tanaman petani, antara lain melalui bantuan pompa air dan mengocor dari air sungai. Namun upaya tersebut belum mampu menekan dampak kerusakan tanaman akibat kekeringan. (K36-37)