PURWOKERTO – Dosen IAIN Purwokerto Dimas Indianto S, menjadi salah satu pemenang Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Santri.
Dalam rangka memperingati hari santri ke-5, 22 Oktober 2019, Pemerintah Daerah Jawa Tengah melalui Kementerian Agama Jawa Tengah menggelar beberapa lomba. Diantaranya Lomba karya Tulis Ilmiah Santri.
Lomba ini mengusung tema “Santri Indonesia untuk Peradaban Dunia”. Diikuti oleh hampir 200 peserta yang berasal dari santri dan alumni pesantren se-Jawa Tengah.
Tema itu kemudian dibagi menjadi tiga sub tema yakni pertama, Perdamaian dan Toleransi dalam Kitab Kuning. Kedua, Transformasi Budaya Pesantren Bagi Promosi Perdamaian Dunia. Ketiga, Pesantren Mengenali yang Lain: Misi Dialog untuk Perdamaian Dunia.
Pengumpulan makalah dilakukan sejak 30 September hingga 15 Oktober 2019. Pada 18 Oktober diumumkan 30 nominator pemakalah terbaik dan diundang untuk melakukan presentasi satu persatu di Hotel Fave Hotel Rembang.
Sehari sebelum final, para peserta mendapat arahan dari Gus Adib Bisri. Ia menuturkan bahwa budaya tulis menulis perlu dikembangkan oleh para santri untuk menunjukkan eksistensi mereka.
“Pesantren itu sumber dari tulisan. Terlampau banyak ide dan bahan yang bisa dituliskan. Dari kelimuan sampai cerita-cerita horror ada semua di pesantren,” tuturnya disambut tawa para peserta.
Dari 30 peserta itu kemudian dipilih 6 terbaik untuk melakukan presentasi lagi di hadapan para juri dan puluhan santri Pesantren Roudlotut Tholibin yang diasuh Gus Mus (K.H. Musthofa Bisri). Selain presentasi makalah sebagai pertanggungjawaban intelektual, peserta diberi pertanyaan mengenai wawasan kebangsaan dan kepesantrenan secara bergilir.
Para pemenang diumumkan setelah upacara peringatan hari santri di alun-alun Kota Rembang yang dipimpin oleh gubernur jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan diikuti ribuan santri.
Salah satu pemenangnya adalah dosen IAIN Purwokerto, Dimas Indianto S. Ia menulis makalah berjudul “Pendidikan Profetik dan Upaya Mencegah Radikalisme Beragama” berdasar pada penelitian lapangan di Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto.
Nilai-nilai Profetik
Pesantren Profetik yang ia maksud adalah pesantren yang melandaskan kurikulumnya pada nilai-nilai profetik. Sebagaimana yang tercermin dalam Pesma An Najah yang diasuh oleh Dr. K.H.Mohammad Roqib, M.Ag selaku rektor IAIN Purwokerto sekaligus ketua FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Banyumas.
Pesantren ini, menurutnya, menawarkan kebaruan keilmuan pesantren yang tidak hanya pada persoalan transendensi, tetapi juga humanisasi, dan liberasi.
“Muatan profetik inilah yang akan memberikan bekal kepada para santri agar pemahaman beragama bisa lebih luas dan tidak mudah menyalahkan orang yang berbeda pandangan.
Sehingga pendidikan pesantren juga tidak hanya sekadar penekanan pada kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik,” Ungkap dosen yang juga ketua Ma’annajah (Majelis Alumni Pesma An Najah) Purwokerto.
Sebagaimana tema yang diusung, ide penerapan pendidikan profetik di pesantren ini diharapkan menjadi senjata dalam melawan radikalisme dan fundamentalisme yang saat ini marak terjadi.
“Jika anak muda sudah menerapkan spirit profetik, Indonesia saat ini dan ke depannya akan senantiasa damai menjadi baldatun toyyibatun warabbun ghafur,” pungkasnya.(K17-60)