BANJARNEGARA – Sampah plastik sangat sulit diurai dan jika tidak dikelola dengan baik bisa menjadi polusi. Namun, kini ada solusi baru memanfaatkan sampah plastik dengan menjadikannya ecobrick.
Ecobrick merupakan salah satu pengolahan sampah plastik menjadi material ramah lingkungan. Caranya, dengan memasukkan dan memadatkan sampah plastik ke dalam botol plastik. Dengan kreativitas, ecobrick bisa berubah menjadi produk yang artistik, bahkan untuk bangunan.
Ketua Dharma Wanita Pembangunan (DWP) Banjarnegara, Sri Rejeki Indarto mengatakan, berbagai informasi menyatakan, Indonesia merupakan negara produses sampah plastik terbesar kedua di dunia. Padahal, sampah plastik tidak mudah terurai di alam.
“Meskipun terurai, membutuhkan waktu hingga 400 tahun lebih,” katanya, saat membuka lomba membuat ecobrick.
Menurutnya, kondisi tersebut menjadi keprihatinan bersama. Karena itu, pihaknya berusaha mendukung program diet plastik untuk mengurangi cemaran. Kegiatan ini menjadi salah satu kampanye bagi internal Dharma Wanita untuk mulai peduli mengelola sampah dari rumah.
“Harapan kami, ibu-ibu tidak hanya berhenti sampai disini. Saya minta setiap kantor, baik dinas maupun kecamatan, harus ada kursi santai di depan rumah dinas atau kantor dari ecobrick,” katanya.
Pihaknya juga mengimbau, untuk mengurangi penggunaan plastik dengan cara membawa air minum dari rumah. Karena itu, pihaknya mulai menerapkannya dengan tidak menyediakan air dalam kemasan di setiap kegiatan.
Ketua panitia, Elly Arifin Romli mengatakan, dalam lomba ini hanya difokuskan untuk membuat kursi taman dari material ecobrick. Karya dari lomba ini selanjutnya akan dipasang di ruang terbuka hijau.
“Kegiatan ini sebagai wujud nyata memanfaatkan barang bekas sehingga menghasilkan karya yang bagus dan bernilai jual tinggi,” katanya. (K36-60)