PURWOKERTO – Dalam rekrutmen CPNS di Kabupaten Banyumas tahun ini, dikabarkan ada kuota tenaga pamong belajar. Mereka akan ditugaskan di lembaga-lembaga pendidikan non formal milik pemerintah, khususnya Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).
Kepala SKB Purwokerto, Slamet Sularto mengatakan, informasi yang diperoleh, kuota pamong belajar yang dialokasikan pemerintah pusat dalam seleksi CPNS tahun ini berjumlah 17 orang. Mereka akan ditempatkan di SKB di Kabupaten Banyumas.
”Kabarnya Banyumas kejatah kuota pamong belajar sebanyak 17 orang. Kalau mereka ditempatkan di tiga SKB yang ada, yakni SKB Purwokerto, SKB Ajibarang dan SKB Kalibagor, maka untuk SKB Purwokerto minimal bisa mendapatkan alokasi kuota 5 tenaga pamong belajar,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, saat ini jumlah tenaga pamong belajar terus berkurang. Padahal keberadaannya cukup penting dalam mendukung kegiatan pembelajaran, khususnya dalam program pendidikan kesetaraan.
Data SKB Purwokerto menyebutkan, saat ini jumlah pamong belajar yang ada tinggal menyisakan sebanyak 9 orang. Seluruhnya berstatus sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil). Latar belakang pendidikan mereka seluruhnya Strata Satu (S1).
Sementara informasi yang diperoleh, secara keseluruhan kuota CPNS tahun ini untuk Kabupaten Banyumas sebanyak 500 orang. Rinciannya sebanyak 339 orang untuk kategori pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) dan 161 orang untuk PNS (Pegawai Negeri Sipil).
Dari sebanyak 500 orang itu, lanjut dia, sejumlah 277 orang di antaranya diperuntukkan bagi formasi guru. Di antara sebanyak 277 orang itu, sebanyak 39 orang di antaranya untuk kategori PNS, sedangkan selebihnya untuk kategori PPPK.
Ke depan pemerintah akan memperbanyak jumlah pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja bila dibandingkan dengan PNS. Bahkan ke depan perbandingannya 30 persen merupakan PNS dan 70 persen merupakan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja.
Slamet menambahkan, upaya meningkatkan kapasitas tenaga pamong belajar terus ditingkatkan. Salah satunya dengan membekali mereka tentang pembelajaran model teaching factory.
Mereka telah mendapatkan orientasi teknis tentang pelaksanaan model teaching factory. Tujuannya agar mereka mendapatkan gambaran yang jelas tentang model pembelajaran tersebut.
Dengan menerapkan model teaching factory di SKB, diharapkan peserta didik tidak hanya mendapatkan keterampilan produktif semata, tetapi juga diberdayakan potensinya, sehingga lulusan yang dihasilkan tidak hanya mampu membuat sebuah produk, tetapi juga dapat mempromosikan maupun memasarkan.
Kabid PAUD dan Pendidikan Keluarga (Dikkel) Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Triasih Kartikowati mengatakan, model teaching factory sangat tepat diterapkan pada jenjang pendidikan kesetaraan, apalagi pada zaman seperti sekarang.
”Kalau zaman seperti sekarang sangat perlu sekali adanya kegiatan yang berhubungan dengan keterampilan, apalagi dalam menghadapi persaingan di dunia usaha dan industri, sehingga peserta didik perlu dipersiapkan,” terangnya.(H48-60)