AWALNYA kegiatan pembelajaran di kelas VII G SMP 1 Purwokerto, kemarin pagi berlangsung seperti biasa. Tetapi dalam perjalanannya, Ilham, guru yang mengajar di kelas tersebut, meminta para siswa untuk mengerjakan ulangan.
Sontak saja hal itu membuat para siswa kaget. Saat berlangsung ulangan, guru tersebut keluar untuk ke toilet. Tetapi setelah balik lagi ke kelas, dia terkejut lantaran anak didiknya sudah ribut.
Sejumlah kertas yang dilempar para siswa tampak berserakan di lantai. Sementara sejumlah siswa ada yang bertanya jawaban ke siswa lainnya. Kondisi ini membuat ruang kelas menjadi riuh.
Melihat kejadian itu, guru tersebut langsung memanggil salah satu siswa yang diduga membuat kegaduhan. Rupanya siswa ini tidak terima dituduh sebagai pembuat gaduh, ia pun protes ke guru.
Gebrak Meja
Suasana pun kembali ribut. Pada saat kondisi tersebut, salah satu siswa tampak menggebrak meja. Mereka mencoba untuk menenangkan teman-temannya agar tidak membuat keributan di kelas, sebab di ruang kelas itu ada guru.
Mereka pun akhirnya meminta maaf kepada guru tersebut, lantaran telah membuat kegaduhan dan tidak menghormatinya. Melihat ketulusan anak didiknya yang meminta maaf, guru itu pun memberikan maaf dan meminta untuk tidak diulangi lagi.
Begitulah gambaran singkat tentang cerita yang didokumentasikan oleh para peserta didik dalam bentuk sebuah video pendek. Video yang dibuat para siswa dengan menggunakan telepon pintar ini dilombakan dalam rangka memeringati Hari Guru.
“Ada beberapa pesan yang ingin kami sampaikan dalam video pendek ini, yakni kita sebagai siswa harus senantiasa menghormati guru. Selain itu, selama di kelas para siswa hendaknya juga tidak boleh membuat kegaduhan,” ungkap Sherill, siswi kelas VII G yang terlibat dalam pembuatan video singkat tersebut.
Hal yang sama juga diungkapkan Oryza Olia Rafi, siswa kelas IXB. Bersama dengan teman sekelasnya, dia membuat video pendek tentang rasa hormat kepada guru.
“Bagaimanapun kita sebagai siswa harus menghormati mereka yang lebih tua, khususnya para guru,” jelas dia.
Sementara Kepala Sekolah Suhriyanto mengatakan, seluruh proses pembuatan cerita dan video pendek tersebut dilakukan sendiri oleh peserta didik. “Video pendek dengan tema “Rasa Cintaku pada Guruku” itu durasinya dibatasi maksimal tiga menit. Video itu kemudian diunggah ke channel Youtube yang dimiliki para siswa,” terang dia.
Video hasil karya siswa yang telah diunggah ke dalam Youtube tersebut kemudian akan ditonton oleh seluruh warga sekolah dan masyarakat.
“Video yang mendapatkan “like” paling banyak, nanti akan ditetapkan sebagai pemenang yang akan diumumkan Senin pekan depan,” katanya.
Dalam pembuatan video ini, para siswa diberi kebebasan untuk membuat jalan ceritanya. Kendati demikian, video yang dibuat harus sesuai dengan tema yang ditetapkan, yakni “Rasa Cintaku pada Guruku”. (Budi Setyawan– 37)