BANJARNEGARA – Sekolah-sekolah di Banjarnegara diharapkan menjadi basis gerakan konservasi. Gerakan tersebut menjadi solusi dari bencana tanah longsor saat musim hujan dan kekeringan saat musim kemarau.
Wakil Bupati Banjarnegara Syamsudin mengatakan, hampir setiap tahun selalu terjadi bencana di Banjarnegara. Saat musim hujan longsor terjadi di mana-mana. Sedangkan saat musim kemarau seperti saat ini, beberapa wilayah dilanda krisis air bersih.
“Akar masalahnya terkait konservasi. Karena itu saya minta sekolah-sekolah bisa menjadi ruh penggerak masyarakat dalam melakukan konservasi,” katanya, saat berkunjung ke SMAN 1 Sigaluh.
Menurutnya, sekolah memiliki peran yang sangat strategis dalam mengubah pola pikir masyarakat. Melalui gerakan konservasi di sekolah, siswa akan menerapkannya di lingkungan masing-masing.
“Siswa nantinya akan menjadi agent of change di masyarakat. Mereka akan menebar virus penyelamatan lingkungan,” jelasnya.
Wabup juga mengapresiasi SMAN 1 Sigaluh yang telah mempraktikkan sistem pertanian hidroponik di sekolah. Hidroponik merupakan salah satu alternatif pertanian di masa depan. Sistem tersebut dapat meningkatkan produksi pangan tanpa mengurangi lahan.
Kepala SMAN 1 Sigaluh Ibnu Rohmadi menyatakan, pihaknya berkomitmen menjadi sekolah berbasis keunggulan lokal. Saat ini tengah disiapkan program life skill untuk siswa melalui ekstrakurikuler Pramuka.
Nantinya, siswa akan dibekali kemampuan wirausaha di bidang agroteknologi. Pramuka akan dilatih melakukan pembibitan tanaman buah sebagai salah satu keunggulan Kecamatan Sigaluh.
“Jadi tidak hanya latihan baris-berbaris saja. Dari situ hasilnya selain dijual juga akan digunakan untuk konservasi di desa-desa sekitar sekolah,” jelas Ibnu.
Saat ini pihaknya intensif membangun jaringan dengan Politeknik Banjarnegara, UGM, Unsoed dan pihak terkait yang konsen di bidang agroteknologi. Lulusan diharapkan akan memiliki kemampuan wirausaha di bidang agroteknologi, sehingga jika tidak melanjutkan kuliah, mereka dapat berwirausaha. (K36-60)